Suzuki Jimny LJ80V
Suzuki Jimny LJ80V
Jika Bruce Banner yang berpostur kecil bermutasi menjadi Hulk, raksasa hijau yang sanggup meruntuhkan gedung, maka Jimny LJ80V milik Hadi Kusnadi ini bermutasi menjadi jip rock crawling yang sakti mengangkangi batu besar.

Suzuki Jimny LJ80V
Suzuki Jimny LJ80V
Perubahan yang sangat signifikan tak lepas dari keisengan si pemilik yang akrab disapa Atung ini. “Itulah ‘penyakit’ saya untuk urusan modifikasi jip. Kayaknya belum puas kalau belum memaksimalkan modifikasinya,” terang modifikator asal Kabupaten Bandung yang memang kondang kreatif menciptakan jip berukuran ‘monster’.
Suzuki Jimny LJ80V
Suzuki Jimny LJ80V
Masih setia dengan mengusung tema lama yang menjadi kegemarannya, seperti yang sudah-sudah, bapak 5 anak ini fokus mengubah Jimny berakta tahun 1981 ini menjadi perambah batu sejati. “Modifikasi jip berspek rockcrawling memang menyita perhatian saya sejak lama. Dan jip ini merupakan hasil kreasi saya yang kesekian kali,” ungkap pria yang juga mengkoleksi beberapa jip bergardan portal milik Unimog ini.
Kendati masih menyisakan ciri-ciri sebuah Jangkrik, namun mulai dari sasis, gardan dan mesin mengalami pembengkakan yang cukup signifikan. Sasis mengalami pemanjangan sekitar 50cm, gardan diganti milik Toyota Land Cruiser yang jelas lebih besar dibandingkan gardan Jimny, dan mesin pun diganti dengan mesin 4G93 comotan Mitsubishi Lancer berkapasitas 1.800cc. Keisengan suami Linda Lusuardi inipun tak pelak mengubah sosok mungil Jimny Jangkrik menjadi sosok monster.
“Memang wujudnya sudak tak lagi mungil. Jip imut ini sudah menjelma menjadi raksasa,” sambung pria yang menekuni bisnis membuat antenna ini “Sekalian saja dicat hijau seperti Hulk,” kekehnya.
Suzuki Jimny LJ80V Supaya mendapat travel suspensi panjang, Atung menggunakan per aftermarket bikinan Amerika pada roda belakang. Sayang, ia lupa mereknya. Sedangkan untuk bagian depan menggunakan per Jeep XJ Cherokee.
Ruang kokpit dirancang sederhana namun fungsional. Tampak beberapa tuas yang berfungsi untuk mengoperasikan transferkase dan PTO Suzuki Jimny LJ80V
Suzuki Jimny LJ80V Kompartemen mesin dirasa tidak cukup lagi menampung perangkat pendingin mesin alias radiator. Karena itu radiator  dipindah  ke belakang dan dilengkapi dengan electric fan.
Simex Extreme Trekker tak hanya jempolan menggigit tanah. Atung berpendapat bahwa ban ini pun memiliki kemampuan yang baik untuk merayap di atas batu. Suzuki Jimny LJ80V
Suzuki Jimny LJ80V Keampuhan garden Toyota Land Cruiser FJ40 sudah teruji. Atung pun tanpa ragu mengaplikasikan. Supaya tidak kehilangan traksi saat merayap di atas bebatuan, gardan belakang diberi locker custom bikinan sendiri, alias dilas.
Tampak 4 buah pedal tertata di bawah kemudinya. Jangan langsung beranggapan Atung sedang obral pedal. Tiga pedal berfungsi seperti layaknya jip normal, sedangkan satu pedal tambahan berfungsi sebagai foot brake alias rem tangan yang pengoperasiannya dipindahkan ke kaki. Suzuki Jimny LJ80V
Suzuki Jimny LJ80V Mesin berkode 4G93 dari Mitsubishi Lancer. Demi kepraktisan, system injeksi elektronik telah digantikan karburator milik Toyota Kijang 1.800 cc. Walaupun didowngrade begitu, mesin berkapasitas 1.800 cc ini tetap saja lebih bertenaga ketimbang F8A yang hanya 800 cc. Sebuah adaptor dihadirkan agar kompak dengan girboks Mitsubishi T120SS, keduanya bahu-membahu menggerakkan Jimny berukuran jumbo ini.
Masalah rekoveri mendapat perhatian khusus. Winch Power Take Off (PTO) copotan dari Mitsubishi Pajero disiagakan di depan. Disambungkan pada transfercase LJ80 untuk perngoperasiannya. Untuk berjaga-jaga, di bagian belakang tertanam winch elektrik Warn XD9000. Suzuki Jimny LJ80V
Suzuki Jimny LJ80V Transfercase SJ30 Apa yang telah diraih Jimny Jangkrik Atung tak lepas dari peran Suzuki Jimny SJ30. Jimny SJ30 merupakan anak sulung di keluarga besar Jimny generasi II. Wujudnya sama persis dengan SJ419 yang banyak beredar di Indonesia, namun dipersenjati mesin 2-tak 539 cc berpendingin air. Dan pada tahun 1984 diperkenalkan versi turbonya.
Jimny jenis ini hanya beredar di pasaran domestik Jepang. Kiprahnya dimulai pada 1981, dan berakhir pada 1987, termasuk model yang cukup berhasil di Jepang. Bahkan di negara asalnya SJ30 lebih populer disbanding SJ40 (SJ410) yang hanya muncul 2 tahun saja, yakni pada tahun 1982 hingga 1984.
Transfercase SJ30 ini memiliki rasi perbandingan paling low di antara segenap keluarga besar Jimny. Perbandingan gigi L (1 : 3,052) dan H (1 : 1,741)
3 in 1
Jip rockcrawling butuh kemampuan merayap yang hebat. Untuk itu wajib memiliki rasio gir super low. Solusinya, dua buah transfercase SJ30 dipasang sekaligus pada jip ini! Itupun masih ditambah sebuah transfercase LJ80 untuk mengaktifkan PTO.
Susunannya, dari mesin Atung memasang sebuah transfercase SJ30 di belakang girboks Misubishi Colt T120SS. Output shaft ke gardan depan t-case ini meneruskan gerak ke t-case LJ80 yang hanya bertugas menggerakkan winch PTO.
Supaya mendapatkan putaran super low, output shaft belakang transfercase pertama tersebut disambungkan lagi pada t-case kedua, yang sama-sama menggunakan milik SJ30. Dari transfercase kedua baru disalurkan ke gardan depan dan gardan belakang.
Perbandingan 1 : 172,73 merupakan hasil paling low yang dicapai pada posisi girboks berada pada posisi gigi pertama. Angka tersebut merupakan hasil perkalian antara girboks dan dua transfercase SJ30.
Gigi 1 girboks Colt T120 1 :  3,8 x 3,052 (rasio L pada transfercase SJ30) x 3,052 (rasio L pada transfercase kedua) x 4,88 (rasio final gir) yang menghasilkan rasio akhir 1 : 172,73(at4)


Spesifikasi Teknis – Suzuki Jimny LJ80V 1981
Sasis
LJ80 custom diperpanjang 50cm
Bodi
LJ80V customized
Mesin
Mitsubishi 4G93
Girboks
Mitsubishi T-120 SS
Transfercase
2 buah Suzuki Jimny SJ30 dan 1 buah Jimny LJ80
Gardan
FJ40 (depan/belakang)
Final Gir
1 : 488
Per
XJ Cherokee (depan), Aftermarket (belakang)
Ban
Simex Extreme Trekker 35×10,5×16
Pelek
Land Cruiser Prado
Power Steering
Cold Diesel
Tierod
Toyota Land Cruiser
Sokbreker
Bilstein oli
Bengkel
Bengkel Atung Jl. Cipanjak Kabupaten Bandung
Telp: (022) 2017727
Sumber: majalah Jip edisi Oktober 2008 Vol 78. Teks: Suryo Sudjatmiko. Fotografi: Kodjang.